BAGAIMANA KARAKTERISTIK DEEP LEARNING PADA JENJANG PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, PLB, DAN PENDIDIKAN KESETARAAN?
Pembelajaran Mendalam/PM (deep learning) yang saat ini sedang diwacanakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) rencananya akan diimplementasikan ke semua jenjang dan jenis pendidikan. Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Raudhatul Athfal (RA) atau yang sederajat, Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau yang sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) /Madrasah Aliyah (MA) atau yang sederajat, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau yang sederajat, Pendidikan Luar Biasa (PLB), dan Pendidikan Keseteraan Nonformal.
Implementasi PM pada setiap jenjang dan jenis pendidikan tersebut tentunya beragam. Disesuaikan dengan tujuan, muatan kurikulum, karakteristik, serta tingkat perkembangan berpikir muridnya. Pada Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam Kemendikdasmen Halaman 50 – 52 dijelaskan sebagai berikut:
Jenjang PAUD/RA atau yang Sederajat
Pada jenjang PAUD/RA atau yang sederajat, PM diterapkan untuk mengembangkan sensoris dan motorik dengan pembelajaran yang mengutamakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan eksploratif dengan filosofi bermain sambil belajar melalui aktivitas permainan yang mendidik, aktivitas berbasis proyek, dan interaksi sosial. Anak PAUD/RA perlu mengembangkan kemampuan fondasi spiritual, emosional, sosial, kognitif, motorik, dan karakter sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Implementasi PM di PAUD/RA, difokuskan pada kemampuan fondasi tersebut.
Ada 6 fondasi transisi ke SD, yaitu; 1) Mengenal nilai agama dan budi pekerti, 2) Keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, 3) Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar, 4) Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, 5) Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri, dan 6) Pemaknaan terhadap belajar yang positif.
Jenjang SD/MI atau yang Sederajat
Implementasi PM pada jenjang SD/MI atau yang sederajat difokuskan pada perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk mencapai perkembangan optimal, ketiga aspek tersebut dikembangkan sesuai kemampuan belajar dan bagaimana belajar. Hal ini dilakukan agar murid memiliki dasar-dasar kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.
Jenjang SMP/MTs atau yang Sederajat
Fokus PM di SMP/MTs atau yang sederajat memperkuat pemahaman konseptual, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berkomunikasi. Pendekatan PM memanfaatkan perkembangan ini dengan mendorong murid untuk tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami hubungan antar konsep, dan penerapannya dalam kehidupan. Implementasi PM di SMP/MTs atau yang sederajat difokuskan pada perkembangan minat akademik, keterampilan sosial, dan bakat serta kemandirian murid.
Jenjang SMA/MA atau yang Sederajat
Pembelajaran Mendalam di SMA/MA atau yang sederajat diterapkan dengan cara yang lebih kompleks, yang mencakup proyek lintas mata pelajaran dan penelitian berbasis masalah yang aktual dan kontekstual untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi: berpikir kritis, perumusan dan penyelesaian masalah, serta pengambilan keputusan.
Implementasi PM di SMA/MA atau yang sederajat difokuskan pada pengembangan kemampuan berolah pikir, rasa, raga, dan hati, serta perencanaan karier murid. Di samping itu, implementasi PM SMA/MA atau yang sederajat perlu mencakup hal-hal sebagai berikut: a) Pilihan Karir: Model PM memberikan prediksi karier berdasarkan minat dan performa akademik. b) Kompetensi Pribadi: Menilai kemampuan diri, yang mencakup kemandirian, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. c) Strategi Pembelajaran: Pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. d) Keseimbangan Akademik dan Non-Akademik: Mengidentifikasi keselarasan antara kegiatan belajar dan ekstrakurikuler.
Jenjang SMK/MAK atau yang Sederajat
Penerapan PM di SMK/MAK atau yang sederajat diterapkan pada pengembangan kompetensi adaptif dan keterampilan vokasional yang berhubungan langsung dengan Dunia Usaha, Dunia Industri, dan dunia KerjA (DUDIKA). Pembelajaran berbasis proyek yang aktual dan kontekstual atau penugasan lapangan yang mencerminkan tantangan dunia kerja digunakan untuk memberikan pengalaman belajar yang nyata kepada murid.
Pengalaman tersebut dirancang untuk menyiapkan murid memasuki dunia industri. Di samping itu, TEFA (TEaching FActory) merupakan salah satu program pembelajaran penting yang harus terjadi di setiap SMK/MAK atau yang sederajat. TEFA mendekatkan proses pembelajaran dengan kebutuhan industri. Konsep TEFA mengintegrasikan pembelajaran berbasis teori di kelas dengan praktik langsung dalam lingkungan kerja yang menyerupai industri sesungguhnya. Tujuan TEFA untuk menyiapkan lulusan SMK/MAK yang kompeten, siap kerja, dan memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Di samping itu, implementasi PM SMK/MAK atau yang sederajat difokuskan pada penguatan kompetensi keahlian dengan 4 (empat) strategi berikut: a) Pemetaan Kompetensi: Analisis kemampuan murid berdasarkan aspek kompetensi vokasi dan hasil kerja proyek. b) Rekomendasi Pengembangan Diri: Pemberian saran pembelajaran sesuai dengan minat industri. c) Kemitraan dengan DUDIKA: Kerja sama dengan DUDIKA untuk melaksanakan program TEFA untuk mempersiapkan murid memasuki dunia kerja. d) Evaluasi Produktivitas: Analisis kinerja murid dalam menghasilkan produk barang dan jasa.
Jenjang PLB
Pada pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), PM diterapkan dengan pendekatan yang sangat individual, disesuaikan dengan kebutuhan belajar spesifik mereka. Pembelajaran lebih menekankan pada pengembangan keterampilan hidup dan keterampilan sosial, dengan menggunakan metode pembelajaran yang adaptif disertai pendampingan intensif, aktivitas indrawi, dan penggunaan teknologi asistif.
Keterampilan kolaborasi, berpikir kritis, dan refleksi diri juga tetap dikembangkan dengan cara yang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar mereka. Di samping itu, implementasi PM di PLB didukung 5 penggunaan aspek penting: a) Identifikasi Kebutuhan Spesifik: Analisis kemampuan unik murid berdasarkan data visual, gerakan, atau suara. b) Strategi Pembelajaran Adaptif: Rekomendasi metode belajar individual, seperti pembelajaran berbasis visual untuk murid dengan gangguan pendengaran. c) Kemampuan Motorik: Pemantauan perkembangan keterampilan motorik halus dan kasar. d) Pengembangan Emosi: Sistem mendeteksi tingkat kenyamanan murid selama proses belajar untuk mencegah stres atau kecemasan. e) Penguatan Kemandirian: Menumbuhkan kepercayaan diri murid untuk bersikap dan berperilaku mandiri dalam memenuhi kebutuhan untuk menjaga diri.
Pendidikan Kesetaraan Nonformal
Dalam pendidikan kesetaraan nonformal, PM diterapkan dengan cara fleksibel sesuai kebutuhan praktis murid. Pembelajaran berfokus pada pengembangan kecakapan hidup, wirausaha, dan keterampilan sosial yang langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berbasis pengalaman praktis atau proyek dapat memberikan murid kesempatan untuk mengaplikasi pengetahuan yang diperoleh dalam konteks sosial mereka.
Itulah gambaran karakterisik implementasi deep learning atau PM pada jenjang PAUD/RA atau yang sederajat, SD/MI atau yang sederajat, SMP/MTs atau yang sederajat, SMA/MA atau yang sederajat, SMK/MAK atau yang sederajat, PLB, dan Pendidikan Keseteraan Nonformal. Implementasinya tentunya sangat tergantung kepada kreativitas setiap guru dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setiap satuan pendidikan.
Di sinilah pentingnya pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran mengaitkan konsep atau teori dengan dengan kehidupan nyata dan pembelajaran berdiferensiasi yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan awal, kebutuhan belajar, hambatan belajar, tingkat perkembangan berpikir, dan kondisi sosio-psikologis murid.
Implementasi deep learning pun disertai dengan penguatan literasi dan numerasi karena tujuan dari deep learning disamping murid bisa memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi materi yang dipelajarinya, juga membangun kemampuan berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills). Hal ini sulit terwujud jika literasi dan numerasi dalam pembelajaran tidak dikuatkan.
Penerapan strategi pembelajaran yang efektif disertai dengan penyediaan bahan bacaan bermutu dan sarana lainnya yang sesuai dengan kebutuhan murid akan mendukung penguatan literasi dan numerasi. Oleh karena itu, minat baca dan daya baca murid harus terlebih dahulu dikuatkan sebagai jalan mencapai tujuan deep learning.
Sumber:
Apandi, I. Bagaimana Karakteristik Deep Learning pada Jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, PLB, dan Pendidikan Kesetaraan?
Posting Komentar untuk "BAGAIMANA KARAKTERISTIK DEEP LEARNING PADA JENJANG PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, PLB, DAN PENDIDIKAN KESETARAAN?"
Posting Komentar