PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN MODEL WALLAS
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sering kali kurang mendapatkan perhatian dalam pembelajaran matematika. Padahal, kreativitas sangat penting dalam menyelesaikan masalah, terutama dalam konteks matematika yang menuntut pemikiran divergen dan logis. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Purnama Sari, M. Ikhsan, dan Saminan dari Universitas Syiah Kuala, Aceh, Indonesia, mengkaji proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan model Wallas. Tulisan ini akan membahas temuan penelitian tersebut dan bagaimana proses berpikir kreatif siswa dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
Pentingnya Berpikir Kreatif dalam Matematika
Kreativitas dalam matematika tidak hanya tentang menemukan jawaban yang benar, tetapi juga tentang bagaimana siswa dapat menghasilkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang inovatif, dan menguji solusi yang mereka temukan. Berpikir kreatif berada pada tingkatan tertinggi dalam penalaran, di atas berpikir dasar dan berpikir kritis. Sedangkan kreativitas erat kaitannya dengan proses mencipta, yang melibatkan pembangkitan ide, perencanaan, dan menghasilkan solusi.
Namun, dalam praktik pembelajaran matematika, guru sering kali hanya fokus pada jawaban yang benar dan kurang memperhatikan proses berpikir kreatif siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang tertantang untuk berpikir kreatif dan lebih cenderung menghafal rumus atau metode penyelesaian masalah yang sudah diajarkan. Padahal, kurikulum menekankan pentingnya mempersiapkan siswa menjadi pribadi yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.
Model Wallas dalam Proses Berpikir Kreatif
Model Wallas merupakan salah satu teori yang paling umum digunakan untuk memahami proses berpikir kreatif. Model ini terdiri dari empat tahap utama:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, siswa mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah dengan mengumpulkan informasi yang relevan, baik dari pengalaman sebelumnya maupun pengetahuan baru. Siswa juga dapat bertanya kepada orang lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang dihadapi.
2. Tahap Inkubasi
Pada tahap ini, siswa seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Meskipun terlihat seperti tidak memikirkan masalah, sebenarnya otak siswa sedang "mengeram" ide-ide dalam alam bawah sadar.
3. Tahap Iluminasi
Tahap ini adalah saat munculnya inspirasi atau ide-ide baru yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Ide-ide tersebut biasanya muncul secara tiba-tiba setelah proses inkubasi.
4. Tahap Verifikasi
Pada tahap terakhir, siswa menguji dan memeriksa solusi yang mereka temukan. Tahap ini membutuhkan pemikiran kritis dan konvergen untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar dan relevan dengan masalah yang dihadapi.
Temuan Penelitian: Proses Berpikir Kreatif Siswa
Penelitian melibatkan 6 siswa kelas VII yang dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuan matematika mereka, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Data dikumpulkan melalui tes penyelesaian masalah dan wawancara. Berikut adalah temuan penelitian terkait proses berpikir kreatif siswa berdasarkan model Wallas:
1. Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi
Tahap Persiapan: Siswa kategori tinggi mampu memahami masalah dan informasi yang diberikan dengan baik. Mereka menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, menunjukkan bahwa mereka telah mempersiapkan diri dengan baik.
Tahap Inkubasi: Siswa tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan solusi. Mereka mengingat soal-soal yang pernah diajarkan sebelumnya dan dengan cepat menemukan ide untuk menyelesaikan masalah.
Tahap Iluminasi: Siswa menghasilkan ide yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Ide tersebut muncul setelah mereka mengingat materi yang sudah dipelajari.
Tahap Verifikasi: Siswa menguji ide mereka dan memeriksa kembali solusi sebelum mengambil kesimpulan. Mereka cenderung hati-hati dalam menyimpulkan jawaban dan memastikan tidak ada kesalahan dalam proses penyelesaian.
2. Siswa dengan Kemampuan Matematika Sedang
Tahap Persiapan: Siswa kategori sedang mencoba memahami masalah, tetapi kurang memahami informasi atau petunjuk yang diberikan. Mereka sering kali membaca ulang soal untuk mencoba memahami masalah dengan lebih baik.
Tahap Inkubasi: Siswa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menemukan solusi. Mereka mencoba mengingat rumus atau materi yang pernah dipelajari, tetapi sering kali mengalami kesulitan.
Tahap Iluminasi: Siswa menghasilkan ide berdasarkan pemahaman mereka terhadap masalah, tetapi ide tersebut sering kali tidak lengkap atau kurang tepat.
Tahap Verifikasi: Siswa menguji ide yang mereka hasilkan, tetapi tidak memeriksa kembali jawaban mereka. Mereka cenderung yakin dengan jawaban yang telah mereka tulis, meskipun mungkin terdapat kesalahan.
3. Siswa dengan Kemampuan Matematika Rendah
Tahap Persiapan: Siswa kategori rendah tidak memahami masalah dan informasi yang diberikan. Mereka sering kali bingung dan tidak tahu harus memulai dari mana.
Tahap Inkubasi: Siswa membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memikirkan solusi. Mereka bahkan sering kali beralih ke soal lain karena tidak mampu menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
Tahap Iluminasi: Siswa menghasilkan ide yang sederhana dan tidak lengkap. Ide tersebut muncul berdasarkan pemahaman mereka yang terbatas terhadap masalah.
Tahap Verifikasi: Siswa tidak memeriksa kembali jawaban mereka. Mereka cenderung menjawab asal-asalan karena tidak memahami masalah dengan baik.
Implikasi bagi Pembelajaran Matematika
Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses berpikir kreatif siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan matematika mereka. Siswa dengan kemampuan tinggi cenderung lebih mudah melalui tahap-tahap berpikir kreatif, sementara siswa dengan kemampuan rendah mengalami kesulitan dalam memahami masalah dan menghasilkan ide yang tepat.
Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, guru perlu memberikan soal-soal yang lebih bervariasi dan menantang. Soal-soal tersebut sebaiknya tidak hanya memiliki satu jawaban benar, tetapi juga memungkinkan siswa untuk menemukan berbagai cara penyelesaian. Selain itu, guru juga perlu membimbing siswa secara terus-menerus, terutama siswa dengan kemampuan rendah, agar mereka terbiasa menyelesaikan masalah matematika dari yang paling mudah hingga yang lebih kompleks.
Kesimpulan
Proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dapat dikembangkan melalui model Wallas. Dengan memahami tahap-tahap berpikir kreatif, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif untuk mendorong kreativitas siswa. Siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses berpikir kreatif, sehingga pendekatan pembelajaran yang berbeda juga diperlukan untuk masing-masing kelompok.
Dengan memberikan perhatian lebih pada proses berpikir kreatif, diharapkan siswa tidak hanya mampu menyelesaikan masalah matematika, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
Sari, A. P., Ikhsan, M., & Saminan. (2017). Proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan model Wallas. Beta Jurnal Tadris Matematika, 10(1), 18-32.
Posting Komentar untuk "PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN MODEL WALLAS"
Posting Komentar