KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
Literasi matematika merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan yang tidak hanya mencakup kemampuan menghitung, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Program for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah menjadi tolok ukur internasional untuk menilai kemampuan literasi matematika siswa di berbagai negara. Sayangnya, berdasarkan hasil PISA 2022, Indonesia menempati peringkat ke-69 dari 80 negara yang disurvei, dengan skor rata-rata literasi siswa Indonesia adalah 359 dari skor rata-rata dunia 469, skor rata-rata matematika siswa Indonesia adalah 366 dari skor rata-rata dunia 358, skor rata-rata sains siswa Indonesia adalah 383.
Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan literasi matematika siswa adalah gaya belajar. Gaya belajar merujuk pada cara individu dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima.
Gaya Belajar dan Literasi Matematika
Gaya belajar adalah cara termudah yang dimiliki oleh individu dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Menurut Kolb (1984), gaya belajar adalah pilihan seseorang dalam memahami pengalaman dan proses transformasi. Grinder dan Bandler (1981) mengembangkan teori bahwa gaya belajar siswa terdiri dari tiga jenis, yaitu visual, auditori, dan kinestetis. Setiap siswa cenderung memiliki salah satu dari ketiga gaya belajar tersebut.
1. Gaya Belajar Visual
Siswa dengan gaya belajar visual lebih mudah memahami informasi melalui gambar, diagram, dan visualisasi lainnya.
2. Gaya Belajar Auditori
Siswa dengan gaya belajar auditori lebih mudah memahami informasi melalui pendengaran, seperti mendengarkan penjelasan guru atau berdiskusi.
3. Gaya Belajar Kinestetis
Siswa dengan gaya belajar kinestetis lebih mudah memahami informasi melalui aktivitas fisik dan praktik langsung.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah angket gaya belajar dan tes kemampuan literasi matematika. Angket gaya belajar diadopsi dari O’Brien (1985) yang mengukur gaya belajar visual, auditori, dan kinestetis. Tes literasi matematika terdiri dari soal-soal dengan level kesulitan yang berbeda.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan kemampuan literasi matematika siswa berdasarkan gaya belajar mereka. Analisis dilakukan dengan menggunakan model Milles dan Huberman, yang meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi, dan pengambilan keputusan.
Temuan dan Pembahasan
1. Kemampuan Literasi Matematika Siswa dengan Gaya Belajar Auditori
Siswa dengan gaya belajar auditori menunjukkan kemampuan literasi matematika pada level 4. Mereka mampu menyelesaikan soal-soal level 4 dengan baik, meskipun mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal level 3. Hal ini menunjukkan bahwa siswa auditori memiliki kemampuan analisis yang baik dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika yang kompleks.
Contoh Soal Level 4
Pada soal yang menguji kemampuan siswa dalam menganalisis pembagian tanah berbentuk segitiga, siswa auditori mampu menggunakan konsep luas segitiga untuk menentukan apakah pembagian tanah tersebut adil. Mereka memahami bahwa luas segitiga adalah 1/2 × alas × tinggi dan mampu menerapkan konsep dalam konteks nyata.
Namun, siswa auditori mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal level 3 yang lebih sederhana, seperti pada soal yang menguji pemahaman mereka tentang konsep volume tabung. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman konseptual yang mendalam pada topik tertentu.
2. Kemampuan Literasi Matematika Siswa dengan Gaya Belajar Visual
Siswa dengan gaya belajar visual menunjukkan kemampuan literasi matematika pada level 3. Mereka mampu menyelesaikan soal-soal level 3 dengan baik, tetapi kesulitan dalam menyelesaikan soal level 4. Hal ini menunjukkan bahwa siswa visual lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal yang memerlukan prosedur dan langkah-langkah yang jelas, tetapi kurang mampu dalam menyelesaikan soal yang memerlukan pemodelan dan analisis konteks yang lebih kompleks.
Contoh Soal Level 3
Pada soal yang menguji kemampuan siswa dalam menghitung volume tabung, siswa visual mampu membaca informasi dari gambar yang diberikan dan menerapkan rumus volume tabung dengan tepat. Namun, pada soal level 4, siswa visual kurang mampu dalam merepresentasikan masalah secara matematis, terutama ketika masalah tersebut memerlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep matematika.
3. Kemampuan Literasi Matematika Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetis
Siswa dengan gaya belajar kinestetis menunjukkan kemampuan literasi matematika pada level 4. Mereka mampu menyelesaikan soal level 4 dan level 3 dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kinestetis memiliki kemampuan yang baik dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika.
Contoh Soal Level 4
Pada soal yang menguji kemampuan siswa dalam menganalisis pembagian tanah berbentuk segitiga, siswa kinestetis mampu menggunakan konsep luas segitiga dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan literasi matematika siswa. Siswa dengan gaya belajar auditori cenderung lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang memerlukan analisis dan pemodelan konteks yang kompleks (level 4). Siswa dengan gaya belajar visual lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal yang memerlukan prosedur dan langkah-langkah yang jelas (level 3). Sementara itu, siswa dengan gaya belajar kinestetis memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika, tetapi terkadang kurang teliti dalam proses penyelesaiannya.
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Dengan memahami gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa. Selain itu, penting bagi guru untuk memperhatikan pengembangan kemampuan literasi matematika siswa, terutama dalam konteks kehidupan nyata, agar siswa dapat lebih memahami dan menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
• Akinyode, B. F., & Khan, T. H. (2016). Students’ learning style among planning students in Nigeria using Kolb’s learning style inventory. Indian Journal of Science and Technology, 9(47), 1-13.
• Amin, A., & Suardiman, S. P. (2016). Perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari gaya belajar dan model pembelajaran. Jurnal Prima Edukasia, 4(1), 12-19.
• OECD. (2016). PISA 2015 results excellence and equity in education (Volume I). Paris: OECD Publishing.
• Sulistiana, Sriyono, & Nurhidayati. (2013). Pengaruh gender, gaya belajar dan reinforcement guru terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMAN Se-Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Radiasi, 3(2), 102-106.
• Syawahid, M., & Putrawangsa, S. (2017). Kemampuan literasi matematika siswa SMP ditinjau dari gaya belajar. Beta Jurnal Tadris Matematika, 10(2), 222-240.
• Wijaya, A., Heuvel-Panhuizen, M. V., Doorman, M., & Robitzch, A. (2014). Difficulties in solving context-based PISA mathematics tasks: An analysis of students’ errors. TME, 11(3), 555-584.
Posting Komentar untuk "KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR"
Posting Komentar